Monday, 5 March 2012

Kisah Nyata Bocah Penjual Nasi Kuning

Hai kawan,
Saya jadi hobi blogging nih,
Kali ini saya ingin bercerita tentang kisah nyata seorang bocah yang berjualan nasi kuning di sekolahnya,
Ya ! Sebuah tindakan untuk membantu orang tua.
Penasaran ?
Langsung saja,
Silahkan dibaca...
:)

Kisah Nyata Bocah Penjual Nasi Kuning

Pagi itu, tanggal 5 februari 2003 seorang bocah kelas 5 SD sedang berulang tahun yang ke-11.
Sebut saja dia Tono*.
*Seperti nama-nama yang sering ada di buku pelajaran Bahasa Indonesia.

Well, sekitar pukul 06.30, bocah itu bersiap-siap untuk ke sekolah, dia berpakaian rapi, lalu sarapan.
Sementara itu, sang Ibu yang sejak pagi buta sudah standby dengan gerobaknya tepat di depan rumah sedang menyiapkan bekal untuk bocah itu.
Bekal itu terlihat berwarna kuning, ada butir-butir berwarna coklat yang katanya jika di makan bisa mengaktifkan sel otak selama 1 jam, ada juga irisan si sumber protein+lemak, dan tak lupa ada pula irisan si buah yang berwarna hijau di luar namun putih di dalam.
Dan jika di lihat lebih jelas, ternyata bekal itu adalah 1 porsi Nasi Kuning.

Si bocahpun akhirnya selesai bersiap-siap, sekarang ia memasukkan bekal tadi ke dalam tasnya yang terlihat mulai ada sobekan.
Lalu dia menyalam tangan ibunya dan tak lupa mencium pipi ibunya.
Diapun berangkat bersama dengan ayahnya. Perjalanannya kira-kira hanya 15 menit.

Kini sampailah bocah itu di sekolahnya, sekolah tercinta.
Yaitu di SD Swasta Pertiwi Medan.
Banyak yang heran kenapa ayah bocah itu berani menyekolahkan anaknya disini yang mana notabene sekolah itu tempat anak-anak high class bersekolah secara uang sekolahnya pun lumayan besar pada saat itu di banding sekolah negeri.
Tapi mungkin sang Ayah ingin yang terbaik untuk anaknya.

Lanjut lagi, bocah itu menuju ke ruang kelasnya, yaitu kelas 5B.

Belpun berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai.
Sekitar 1,5 jam kemudian, bel tanda waktu istirahatpun berbunyi.
Hampir semua anak keluar dari kelas dan menyerbu kantin, hanya tersisa beberapa orang disana.
Lihat ! Ada seorang anak di pojokan kelas.
Ohhh, ternyata itu adalah si bocah tadi. Dia sedang asik menyantap bekalnya tadi.
Tiba-tiba datang seorang temannya menghampiri dan bertanya,

" Apa itu Ton ? "
" Oh ini nasi kuning.. " , jawab Tono si bocah.
" Bagilahhh... ", kata temannya lagi.
" Yaudah, ambillah.. " , Tono mempersilahkan.

Temannya itupun mulai menikmati bekal itu.
Kemudian ia berkata,

" iihh, suka kali aku Ton... , beli dimana ? ", Tanyanya bersemangat.
" Di rumah, ini bikinan Ibuku.. " , jawab Tono.
" Ohh, Ibumu jualan ini ya ?? "
" Iya.. hehe " , jawab Tono lagi.
" Kalau gitu aku nitip ya.... "

Begitulah awal dari profesi baru si bocah yaitu Penjual Nasi Kuning.

Keesokan harinya Tono membawakan titipan temannya itu,
Dan ternyata melihat hal itu, teman-temannya yang lainpun juga ikut memesan kepada Tono.
Awalnya ia menolak karena takut dibilang berjualan.
Tapi setelah ia pikir-pikir, dengan begitu ia dapat membantu orang tuanya.
*Juga karena teringat kisah-kisah di buku pelajaran B.Indonesia dan PPKN.

Akhirnya iapun setuju.
Setiap akan pulang sekolah, ia mendata nama-nama temannya yang memesan.
Setiap pagi iapun menenteng 3 plastik, yang 2 besar, yang 1 tidak terlalu besar hingga masih bisa dimasukkan ke dalam tasnya.
Iapun jadi pusat perhatian oleh Bapak Satpam.

" oh mungkin anak ini ulang tahun, jadi ingin berbagi dengan teman-temannya, tapi kok tiap hari ya ? "
Mungkin itu yang ada di benak Pak satpam.

Seminggu berlalu, masalahpun muncul.
Bocah itu dipanggil oleh kepala sekolah, dipanggil seperti karena bertengkar hebat dengan teman.
Diapun heran.
Ternyata, penjual yang ada di kantin melihat yang bocah itu lakukan, sehingga mungkin ia takut tersaingi.
Secara tiap hari bocah itu memang membawa lebih kurang 30 bungkus untuk dijual ke teman-temannya.

Bocah itupun tidak habis pikir, kenapa mereka tega melaporkannya.
Padahal yang dilakukannya adalah membantu orang tuanya, dan hal itu banyak diceritakan di buku-buku pelajaran sekolah.
Yang dilakukan penjual kantin itu sungguh tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan terhadap seorang bocah kecil.

Akhirnya didampingi wali kelasnya, bocah itupun bertemu dengan kepala sekolah.
Inti pembicaraannya si penjual kantin marah dengan saya, tapi untung kepala sekolahnya bijak, saya pun masih diberi kesempatan berjualan.

Tapi, bocah itu selalu terpikir akan hal itu.
Hingga diapun mengurangi jumlah pesanan, berangsur-angsur hingga akhirnya iapun menghentikannya.
Dia melakukan itu juga atas saran sang Ibu.
Ibunya mengatakan,
" Yaudahlah Nak, tidak usah dilanjutkan daripada nanti masalahnya jadi panjang, lagian rejeki kan udah diatur oleh Tuhan. Biarkan saja orang berbuat seperti itu ke kita, asalkan kita jangan balas dengan kejahatan juga "

Sungguh kalimat yang menangkan jiwa.
Dan Kisah Bocah Penjual Nasi Kuningpun berakhir.



"myarianmylife"

No comments:

Post a Comment