Hari ini saya
benar-benar butuh perjuangan ekstra untuk pergi ke kampus. Seperti yang
teman-teman ketahui juga bahwa hari ini ada demo penolakan kenaikan harga BBM (*Bukan
penolakan terhadap BBM pending loh :p).
Oke mari kita
mulai ceritanya, hehe
Oia, rumah saya
di daerah Simpang Kantor *dekat Belawan.
Cerita berawal
sejak tanggal 25 yaitu pada hari minggu dimana udah mulai banyak masuk sms yang
mengatakan bahwa hari senin akan ada demo penolakan harga BBM.
Sayapun jadi galau tentang hal ini.
Awalnya saya ingin tidak kuliah, tapi tiba-tiba saya teringat bahwa senin besok adalah jadwal saya untuk presentasi mata kuliah Faal so mau gak mau saya harus datang dunk.
Sayapun jadi galau tentang hal ini.
Awalnya saya ingin tidak kuliah, tapi tiba-tiba saya teringat bahwa senin besok adalah jadwal saya untuk presentasi mata kuliah Faal so mau gak mau saya harus datang dunk.
Oke mari kita
anggap sekarang adalah tanggak 25 pukul 21.00WIB, dimana saya galau lagi. Tapi kali
ini bukan tentang mau hadir atau enggak,
melainkan datang pagi atau siang (Faal masuk jam 11).
Kalau saya
datang pagi, itu artinya saya gak bisa menjalankan hobi saya,
yaitu..........tidurrr, hehe. Dan kalau datang siang yang jadi masalah adalah
kemungkinan bahwa para pendemo udah pada ngumpul. Setelah bergalau-galau ria,
akhirnya saya memutuskan untuk berangkat siang.
Wokkeh sekarang
kita udah berada di Senin pagi, dimana saya kembali melanjutkan tidur setelah
solat subuh setelah sebelumnya memasang alarm dijam 8.
Alarm tanda jam 8 pun telah berbunyi, sayapun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk ke kampus. Kemudian saya menanyakan situasi di kampus ke pada teman saya, yaitu haleeet (*bisa dicari di twitter mana yang namanya haleeet) wkwk.
Dan diapun membalas sms saya dan berkata ‘amaann’.
Sayapun lega.
Setelah semua beres, saya menyempatkan diri untuk sholat Duha terlebih dahulu (*penyebab saya dapat laptop mendadak lohh), hehe, sembari berdoa semoga perjanan saya aman sampai tujuan (*terbukti).
Akhirnya jam 09.30 saya berangkat dari rumah.
Saya pun menaiki angkot kesayangan saya *ceileee, haha.. di awal perjalanan, semua berjalan lancar.
Namun setelah udah mau dekat daerah yang namanya Brayan, angkot kamipun diberitahu supaya mengambil jalan alternatif karena daerah Brayan udah dikepung oleh para demonstran. Kamipun mengambil jalan alternatif itu.
Supir angkotnya terlihat belum menguasai daerah jalan alternatif itu akhirnya kami jadi sering berhenti untuk menunggu angkot lain melintas supaya bisa jadi pemandu jalan kami, hehe..
Alarm tanda jam 8 pun telah berbunyi, sayapun bergegas mandi dan bersiap-siap untuk ke kampus. Kemudian saya menanyakan situasi di kampus ke pada teman saya, yaitu haleeet (*bisa dicari di twitter mana yang namanya haleeet) wkwk.
Dan diapun membalas sms saya dan berkata ‘amaann’.
Sayapun lega.
Setelah semua beres, saya menyempatkan diri untuk sholat Duha terlebih dahulu (*penyebab saya dapat laptop mendadak lohh), hehe, sembari berdoa semoga perjanan saya aman sampai tujuan (*terbukti).
Akhirnya jam 09.30 saya berangkat dari rumah.
Saya pun menaiki angkot kesayangan saya *ceileee, haha.. di awal perjalanan, semua berjalan lancar.
Namun setelah udah mau dekat daerah yang namanya Brayan, angkot kamipun diberitahu supaya mengambil jalan alternatif karena daerah Brayan udah dikepung oleh para demonstran. Kamipun mengambil jalan alternatif itu.
Supir angkotnya terlihat belum menguasai daerah jalan alternatif itu akhirnya kami jadi sering berhenti untuk menunggu angkot lain melintas supaya bisa jadi pemandu jalan kami, hehe..
Dan akhirnya
kamipun berhasil kembali ke jalur yang seharusnya. Oia ada cerita yang entah
lucu, entah menyebalkan atau entah apa deh namanya.
Jadi gini,
jalan alternatif tadi ternyata tembus ke daerah Brayan tadi. Pada saaat itu
saya melihat memang sudah banyak demonstran berkumpul disitu.
Mereka sedang bersiap-siap untuk bergerak ke tempat tujuan utama mereka. Jadi ketika kami sampai disitu, ternyata bertepatan dengan mereka yang sedang mulai bergerak. Otomatis kamipun jadi sport jantung.
Sang supirpun dengan cepat memacu angkotnya. Tapiiii, tibaa-ti.....ba ada suara.
Mereka sedang bersiap-siap untuk bergerak ke tempat tujuan utama mereka. Jadi ketika kami sampai disitu, ternyata bertepatan dengan mereka yang sedang mulai bergerak. Otomatis kamipun jadi sport jantung.
Sang supirpun dengan cepat memacu angkotnya. Tapiiii, tibaa-ti.....ba ada suara.
“pinggir ya
nak..”
Kamipun
terkaget dibuatnya. Dan mungkin sembari jengkel mengapa dia tega turun di
tempat dan situasi yang benar-benar genting.
Ternyata suara itu berasal dari seorang nenek. Sayapun jadi menyesal karena sempat jengkel. Nenek itupun turun dari angkot dengan ciri khas para nenek-nenek, (*bukan ngejek ya :() yaitu lambat banget.
Dan ketika membayar, si nenek salah mengambil uang. Dia hanya mengeluarkan uang seribu rupiah, sang supirpun menegurnya. Kemudian si nenek kembali mengeluarkan uangnya, dan kali ini yang keluar adalah uang pecahan 20ribuan, dan situasipun menjadi semakin genting ketika para demonstran mulai mendekat.
Alhasil tanpa mau repot-repot mengurusi uang kembalian si nenek tadi, si supir memutuskan untuk mengikhlaskan ongkos si nenek (*muulia banget supir itu) hehe.. dan angkotpun langsung tancap gas, kamipun selamat.
Ternyata suara itu berasal dari seorang nenek. Sayapun jadi menyesal karena sempat jengkel. Nenek itupun turun dari angkot dengan ciri khas para nenek-nenek, (*bukan ngejek ya :() yaitu lambat banget.
Dan ketika membayar, si nenek salah mengambil uang. Dia hanya mengeluarkan uang seribu rupiah, sang supirpun menegurnya. Kemudian si nenek kembali mengeluarkan uangnya, dan kali ini yang keluar adalah uang pecahan 20ribuan, dan situasipun menjadi semakin genting ketika para demonstran mulai mendekat.
Alhasil tanpa mau repot-repot mengurusi uang kembalian si nenek tadi, si supir memutuskan untuk mengikhlaskan ongkos si nenek (*muulia banget supir itu) hehe.. dan angkotpun langsung tancap gas, kamipun selamat.
Let say “Alhamdu....lillah”
*ala ustad yang tayang di trans tv, hehe
Oia, seharusnya
saya turun dari angkot itu dan menyambubg ke angkot yang lain lagi. Tapi karena
saya merasa takut, dan merasa udah cukup ‘dekat’ dengan si supir (*mungkin
karena udah deg-deg.an bareng), saya jadi tidak ingin ganti angkot. Untung aja
angkot ini juga lewat simpang kampus. Biasanya saya menyambung angkot agar bisa
turun tepat di depan fakultas, tapi karena saya naik angkot ini saya jadi harus
turun di simpang kampus dan jalan dari simpang kampus sampai ke fakultas
tercinta di pintu 2.
Daannn tereeetttt,
saya sampai di fakultas. Sayapun langsung masuk keruangan dan merefresh pikiran
saya.
Hmmm kita
percepat ya, langsung ke saat pulang aja ya, hehe.
Setelah kelas
selesai, saya dan kawan-kawan pergi melanglang buana sampai sekitar jam 3. Mereka
ada yang pulang dan ada juga yang kembali ke kampus *termasuk saya.
Sebenarnya saya
ingin segera pulang juga sih, tapi karena ngedenger kabar kalau rute yang biasa
saya lewati itu ternyata jadi titik demo, saya jadi mengurungkan niat untuk
pulang. Dan untungnya ada kawan saya Rajief dan Bagus yang dengan baik hati mau
menemani saya di kampus padahal mereka bisa saja pulang. *Thanxxxx ya weee :D.
Azan Asharpun
berkumandang, kamipun solat Ashar. Selesai solat saya memutuskan untuk pulang
aja. Sayapun kembali minta ditemani menunggu angkot. Maksudnya saya ingin
melihat apakah ada angkot atau engga. Dan ternyata ada! Hehe Alhamdulillah.
Saya ingin naik
angkot 69 (*terdengar angker menurut Rajief :p) , tapi karena lama banget dan
saya jadi merasa gak enak kalau harus membuat si Rajief dan Bagus nunggu
terlalu lama, ketika meihat angkot 61, saya langsung aja menyetopnya. Mereka berduapun
heran, tapi saya bilang kalau angkot ini juga bisa.
Sayapun pulang
dengan menaiki angkot 61 ini. Sambil komat-kamit mulut ini membaca doa agar
perjalanannya aman. Angkotpun melewati Cambridge yang mana tadi juga merupakan
titik demo. Alangkah bahagianya saya ketika mengetahui bahwa Cambridge aman. Angkotpun
melanjutkan perjalanannya.
Dannnnn tiba-tiba
saya sadar kalau saya sedang menuju sarang para demonstran. Yaitu Kantor Walikota dan lapangan merdeka.
Alamaakkk betapa
bodohnya sayaaaa. Saya lupa kalau angkot ini memang melewati tempat-tempat itu.
Tapi mau gimana lagi, ya sudah, saya hanya bisa pasrah.
Meter demi
meterpun terlewati menuju ke sarang demonstran tadi. Dan taraaaaaa...
alhamdulillah aman lagiiii J .
Seeeeerrrr darahpun
terasa kembali mengalir lancar setelah tertahan beberapa menit. *lebay.
Ternyata jalanan
benar-benar telah aman. Dan memang benar, akhirnya saya bisa sampai di rumah
dengan selamat.
Sekali lagi,
Let say “ Alhamduuuuu...
lillah ”.
Tapi saya masih
gak habis pikir bagaimana bisa saya milih naik angkot tadi, untung aja
tadidemonya udah bubar, kalau belum ???
*gak berani mikirnya.
Makasih ya
ALLAH, Engkau telah menyelamatkan saya J .
Dan saya juga
ingin berterimakasih kepada Rajief dan Bagus yang udah mau bantuin saya. (*calon
CK nih kayaknya ) hehe..
Oke, begitulah
pengalaman saya hari ini..
Ambil positifnya
dan buang negatifnya ya..
Sampai jumpa
dikisah-kisah selanjutnya. Hehe
See u..
“myarianmylife”
No comments:
Post a Comment